Minggu, 15 September 2013

SENI RUPA LUKISAN NUSANTARA DAN MANCANEGARA

SENI RUPA LUKISAN NUSANTARA DAN MANCANEGARA
A.             Seni Rupa Lukisan Nusantara
1.     Lukisan Perburuan Rusa

Raden Saleh Syarif Bustaman (1807), pelopor seni lukis modern di Indonesia yang berhasil menguasai gaya romantis yang lazim di Barat pada abad ke-19. Corak lukisannya beraliran Romantis dan Naturalis. Aliran Romantisnya menampilkan karya-karya yang berceritera dahsyat, penuh kegetiran seperti tentang perkelahian dengan binatang buas. Sedangkan gaya naturalisnya sangat jelas nampak dalam melukis potret. Salah satu karyanya yang beraliran romantis, bertema “Perburuan Rusa”,  pada tahun 1846 dengan media  cat minyak dan kanvas.


 2. Lukisan Alam
Seni rupa dengan jenis seni lain intinya adalah sama yaitu sama-sama buatan manusia yang mengandung ekspresi dan atau keindahan. Namun, seni rupa utamanya dinikmati oleh indra penglihatan. Hal yang dinikmati dalam seni rupa adalah sepert apa yang telah diuraikan sebelumnya, yakni kualitas unsur-unsur rupa yang disusun dan memiliki kualitas harmoni, kesatuan dan ekspresi. Jadi seni rupa adalah seni yang nampak oleh indra penglihatan dan wujudnya terdiri dari unsur rupa berupa titik, garis, bidang atau ruang, bentuk atau wujud, warna, gelap terang, dan tekstur. Seni rupa dapat sebagai properti pendukung jenis seni lainnya seperti seni tari dan teater.
Apabila membahas kedua jenis seni tersebut juga tidak lepas membahas aspek seni rupanya. Berdasarkan wujud dan bahannya seni rupa dibedakan menjadi dua yaitu seni rupa dua dimensional dan seni rupa tiga dimensional. Selanjutnya berdasarkan jenisnya seni rupa terdiri dari beberapa cabang seni yakni seni lukis, seni grafis, seni patung, seni dekorasi, seni komunikasi visual, dan seni kriya atau seni kerajinan. Pada saat ini seni kriya berkembang menjadi seni kriya murni dan seni kriya terpakai.Dalam buku ini tidak dibahas masing-masing cabang seni tersebut karena cakupannya sangat luas.
3.     Lukisan Leang – leang
Zaman paleolithikum ini ditandai dengan diketemukannya benda-benda dari batu kasar, berupa kapak genggam (chopper) yang ditemukan di Pacitan (Jawa Timur), Parigi (Sulawesi), Gombong (Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat). Di Ngandong (Jawa Tengah) ditemukan alat-alat dari batu beraneka warna yang berfungsi untuk mengorek-orek ubi yang disebut flakes dan peralatan dari tulang (bone culture). Selain itu juga ditemukan lukisan kuno di gua Leang-leang (Sulawesi Selatan) objek lukisan di gua ini berupa telapak tangan dan tubuh manusia.
 Di Papua objek lukisannya berupa binatang terdapat cipratan darah yang dicampur dengan lemak. seni rupa terapan dan desain. Seni rupa murni adalah suatu karya seni yang menggunakan media visual yang digunakan sebagai pemuas ekspresi pribadi atau karya yang dibuat hanya digunakan untuk kepuasan dirinya sendiri. Seni rupa murni terdiri dari seni lukis, seni grafis, seni patung, seni instalasi. Sedangkan seni rupa terapan adalah karya seni rupa yang menitikberatkan pada aspek kegunaan atau fungsi. Seni rupa terapan terdiri dari berbagai macam hasil karya seni kriya, baik kriya kayu, kriya kulit, kriya logam, kriya keramik, kriya tekstil, batik.  Seni rupa desain terdiri dari desain produk, desain grafis, desain arsitektur, desain interior-eksterior.

4.     Lukisan Tibet
Tangka atau gambar gulungan adalah karya seni lukis yang unik di Tibet. Seni lukis Tangka yang mempunyai ciri khas etnis Tibet dan bernuansa keagamaan yang kental selamanya dipandang rakyat Tibet sebagai khazanah Tibet.
Tangka adalah lafal dalam bahasa Tibet, artinya ialah gambar gulungan agama Buddha yang dihiasi dengan kain sutra berwarna dan tergantung pada dinding untuk upacara sembahyang. Biasanya Tangka berbentuk persegi panjang dengan ukuran berbeda-beda. Gambar Tangka biasanya dilukis di atas kain kanvas dengan empat seginya dihiasi dengan kain sutra, dan di bagian belakangnya ditulis kutipan dari kitab agama Buddha atau teraan tangan berwarna emas atau merah seorang lama (biksu agama Buddha). Gambar Tangka mudah digantung atau dibawa ke mana-mana, dan juga bermanfaat untuk menyebarluaskan agama Buddha. Gambar Tangka secara kasar terbagi menjadi tiga kategori, yaitu Tangka yang dilukis dengan tangan, Tangka di atas kain dan Tangka yang dicetak. Di antaranya, Tangka di atas kain adalah Tangka yang paling berharga.


5.     Lukisan Keraton
Dalam lukisan berjudul “Senja”, 1987, Sudjana Kerton menghadirkan dunia rakyat bawah dalam suatu momen yang unik, yaitu penggembala itik di waktu senja. Dunia itu menjadi unik, karena pelukisnya mempunyai sudut pandangan yang lain, baik secara visual maupun dalam empati jiwanya. Kerton selalu membuat gerak tubuh rakyat jelata dalam deformasi yang mengekspresikan beban hidup, namun sekaligus mengandung kelucuan. Dilatarbelakangi terbenamnya matahari senja dan itik-itik yang berkelompok dalam formasi diagonal, karya ini mengembangkan suasana puitis sekaligus tertekan.Lukisan ini menunjukkan pencapaian periode terakhirnya, setelah ia pulang ke Indonesia dan bermukim di Bandung. Periode sebelumnya adalah ungkapan-ungkapan yang lebih dekat dengan tren seni lukis barat ketika ia bermukim di Eropa dan Amerika.
Dalam periode terakhir itu Kerton lebih banyak mengungkapkan realitas kehidupan rakyat. Dari berbagai objek dan tema yang diangkat, ia seperti tidak habis-habisnya menimba semangat kemanusiaan para tukang becak, buruh, petani, pelacur dam lapisan masyarakat sejenisnya. Namun demikian, bukan hanya kemurungan yang diungkapkan dalam karya-karyanya itu, tetapi juga terangkat nilai-nilai humor dan keunikan hidup. Hal itu bisa dilihat dari gestur-gestur tubuh, deformasi, goresan, dan warna-warna yang kuat, serta mengekspresikan kedalaman.
6. Lukisan Berburu
Jejak panjang seni lukis modern Indonesia dirintis oleh Raden Saleh, lantas tumbuh dan berkembang sejak era naturalisme-realis Mooi Indie hingga kembalinya gejala Realisme Romantik abad 21.BERBURU Banteng. Itulah judul salah satu lukisan legendaris hasil karya Raden SalehSyarif Bustaman (18071880), pelukis pribumi Indonesia yang disebut-sebut sebagai perintisaliran seni lukis modern (modern art) di tanah air. Seni lukis modern ini berjarak dengan senilukis tradisional yang telah tumbuh dan berkembang berabad-abad sebelumnya. Punya karakter dan ciri khas sendiri . Pembentukan gaya seni rupa, pemilihan tema, pemakaian bahan lukisan serta fungsikegunaannya berbeda dengan seni lukis tradisional. Raden Saleh melukis dengan maksud mengembangkan bakat seni pribadi atau potensi kreatif-artistik individu seniman, dengan wawasannya sebagai manusia budaya baru yang berpandangan universal. Seni rupa modern tidak lagi memahat patung nenek moyang dan menatah sertamenyinggung tokoh-tokoh pewayangan dalam bermacam-macam bentuknya : wayang beber,kulit, golek, krucil.
 Pendek kata, seni rupa modern Indonesia sama sekali bersifat baru.Seni lukis modern sesungguhnya dimulai dengan masuknya penjajahan Belanda diIndonesia pada sekitar abad 17. Hanya saja, perintisan seni lukis modern ini bagi bangsaIndonesia berlangsung ”secara tidak sengaja” atau ”tanpa direncanakan” mengingat terjadinyaperintisan di tengah-tengah kegelapan dari zaman penjajahan, sebelum adanya kemerdekaan.Dus, ini tentu saja tidak masuk dalam kesadaran budaya mengimgat Indonesia saat itu masihmerupakan bangsa terjajah.

7. Perahu Senja (perahu disore hari)

Pelukis :Feri Raharjo
Seni lukis yang merupakan nilai-nilai yang melekat pada lukisan dan dipengaruhi oleh budaya yang dimilikipelukisnya. Yang diterapkan dalam lukisan yang berjudul Perahu Senja (perahu disore hari) yang memang pelukisanya disore hari menjelang matahari terbenam.
Aliran atau corak yang dibentuk dari lukisan di atasmerupakan suatu kombinasi antara aliran realisme dengan ekspresionisme yaitu penggambaranya sesuai dengan kenyataan hidup dan penggambaranya sesuai dengan keadaan jiwa perupanya yang spontan pada saat melihat objek.
Pelukis terinspirasi dari suatu objek dimana objek tersebut dapat menghadirkan suatu ketenangan bagi si penikmat yang melihatnya (pengambilanya sewktu disore hari). Dalam penyelesaianya tidak memerlukan beberapa lama tapi tergantung tingkat kesulitan yang dapat mempengaruhi lukisan itu, dan lukisan itu dapat diselesaikan dalam kurun waktu 1 sampai 2 minggu.
Gradasi warna diambil dari titik fokusnya terlebihdahulu, jadi warna sebelumnya tidak sekstrim seprti itu tapi hasilnya menjadi bagus, cara pengerjaanya lebih slow (cara pengerjaanya sepelan mungkin agar dapat menghasilkan karya yang bagus seperti lukisan di atas.


8. Lukisan Hayam Wuruk
Seluruh Jawa, meliputi: Jawa, Madura dan Galiyao (Kangean)
Seluruh Pulau Sumatra (Melayu), meliputi: Lampung, Palembang, Jambi, Karitang (Inderagiri), Muara Tebo, Dharmasraya (Sijunjung), Kandis, Kahwas, Minangkabau, Siak, Rokan, Kampar, Pane, Kampe, Haru, Mandailing, Tamiang, Perlak, Barat (Aceh), Lawas (Padang Lawas, Gayu Luas), Samudra (Aceh), Lamuri (Aceh tiga segi), Bantam dan Barus.
Seluruh Pulau Kalimantan (Tanjungnegara), meliputi: Kapuas, Katingan, Sampit, Kuta Lingga (Serawak), Sedu (Sedang di Serawak), Kota Waringin, Sambas, Lawar (Muara Labai), Kedangdanan (Kendangwangan), Landak, Samedang (Simpang), Tirem (Peniraman), Sedu (Serawak), Brunai, Kalka Saludung, Solot (Solok, Sulu), Pasir, Baritu, Sebuku, Tabalong (Amuntai), Tanjung Kutai, Malanau dan Tanjungpuri.       

9. Lukisan Cirebon

 

 



Konon sejak abad ke 17 Masehi, Lukisan Kaca telah dikenal di Cirebon, bersamaan dengan berkembanganya Agama Islam di Pula Jawa.Pada jamannya pemerintahan Panembahan Ratu di Cirebon, Lukisan Kaca sangat terkenal sebagai media dakwah Islam yang berupa Lukisan Kaca Kaligrafi dan berupa Lukisan Kaca Wayang.
Sejalan dengan perkembangan waktu, maka perkembangan Lukisan Kaca masih terasa eksistensinya sebagai Cinderamata Spesifik Khas Cirebon. Selanjutnya perkembangan Lukisan Kaca Cirebon boleh dikatakan “Booming” ketika pada kurun waktu 1980-1990 Sang Maestro Lukisan Kaca Cirebon TOTO SUNU menggebrak dengan Lukisan Kaca Super Besar bahkan tidak hanya besar ukurannya tetapi Nuansa Dekoratifnya demikian hidup dan terlihat sangat menawan. Banyak sekali karya-karya TOTO SUNU yang menjadi koleksi para Kolektor Lukisan, sehingga sangatlah wajar apabila Gaya dan Teknik lukisannya menjadi kiblat para Pelukis Muda hingga saat ini.
Kalau Toto Sunu mengusung Gaya Dekoratif Modern, maka lain lagi halnya dengan RASTIKA yang mengusung Gaya Dekoratif Klasik. Kedua maestro Lukisan Kaca Cirebon tersebut memiliki kekuatan yang sama dalam penuangan kreatifitasnya, justeru dengan perbedaan pada Gaya yang dianutnya membuat Lukisan Kaca Cirebon terkenal diseantero Nusantara bahkan Mancanegara. Kedua Kutub dengan Gaya berbeda telah melahirkan puluhan Pelukis Muda yang berbakat dalam dunia seni lukis kaca bahkan dari kedua tokoh tersebut sangat menentukan dalam melahirkan regenerasi Pelukis Kaca Cirebon. Beberapa diantaranya Lukisan Kaca Cirebon saat ini diarahkan kepada pembuatan produk massal yang lebih memungkinkan dalam peningkatan kapasitas produksi, peningkatan teknik produksi berorientasi pasar serta peningkatan diversifikasi produk untuk melahirkan Produk Cinderamata yang berbasis etnik.Seperti tak pernah kenal lelah Pemerintah Kota Cirebon melalui Disperindag dan Dekranasda Kota Cirfebon terus berupaya untuk meningkatkan Perkembangan Lukisan Kaca Cirebon.



10. Lukisan Seniwati Jalanan Zaman Kuno

Konon, kesenian, baik audio, visual, atau audio-visual, dipertunjukkan sebagai persembahan kepada sesuatu yang sakral dan transendental. Seiring dengan kehendak manusia yang selalu dinamis dan kebutuhan ekonimi yang mendesak, kesenian berangsur-angsur berubah nilai; yang semua suci menjadi profan. Kesenian yang dulu hanya digelar di depan candi di tengah api pemujaan dan pengisahan sakral tentang asal-usul leluhur, mulai dipertontonkan di pasar, jalanan, dan di tempat-tempat umum lain. Pertunjukan wayang yang semula diadakan, salah satunya, di wilayah suci saat penetapan sima (tanah yang dibebaspajakkan oleh kerajaan) mulai dibawakan pula di tempat yang sarat kehirukpikukan duniawi, demi pemenuhan akan kebutuhan ekonomi.
Di Nusantara, khususnya di Jawa, bila kita melacak sejumlah catatan prasasti dan relief candi, keberadaan seni  pertunjukan jalanan telah ada sejak abad ke-9 M (mungkin sebetulnya sejak abad-abad sebelum namun tiada tertulis dalam prasasti dan tidak hanya di Jawa tentu). Kesenian tersebut bisa berupa tarian, lawakan, hingga pertunjukan wayang.

  

7 komentar: